09.56 | Posted in
Kalau urusan Nasi Megono dan aneka lauk-pauk khas Kota Batik Pekalongan, selain Pak Bon di deket Lapangan Sorogenen, Warung Makan Berkah ini juga jagonya. Warungnya sih sederhana banget, tendaan gitu nempel di toko yang udah tutup, tapi kalau senja menjelang di ufuk Pekalonga (bahasanya bo), tempat ini selalu rame oleh OPEK (Orang Pekalongan) yang doyan makan enak. Disini berlaku sistem antrian dalam memesan, pas di salah satu pintu masuk tenda biasanya ada antrian pelanggan2, semuanya sabar menanti dilayani oleh Mbak Inung atau suaminya. Rata2 yang datang adalah pelanggan lama, nggak heran Mbak Inung atau sang suami selalu menyapa dengan nama, “mbak sri, beli apa mbak”, “mas yanto berapa mas nasinya”.

Saya yang melihat SOP antrian begitu ya ikut ngantri lah, tapi mungkin karena melihat saya dan Erna bukan orang situ, kita didahulukan, tadinya ga enak euy sambil bilang nggak usah pak, antri aja, eh malah dipaksa sama org2 yang antri, udah mas duluan aja nggak apa2, makan sini tho, duh makasih ya pak, bu, jadi enak nih.

Lauk-pauknya memang pekalongan banget, berpanci2 lauk aneka bentuk dan warna menghiasi meja sajinya mbak inung. Megono selalu hadir disini, sepanci gede penuh lagi lainnya ada otot, rendang, opor, acar cumi2 dan ayam kampung bakar pedas yang warna dan aromanya cakep banget. Saya makan Nasi Megono, Otot dan acar kuning dan sedikit kuah opor sambil nyomot tempe goreng tepungnya yang baru diangkat dari penggorengan. Khusus gorengan, kita harus request untuk bisa dapet sambel kecapnya yang enak buat dicocolin gorengan panas.

Megono sendiri adalah staplesnya Orang Pekalongan, kondimen yang dibuat dari nangka muda cacah, aneka bumbu dan terkadang kecombrang ini dikukus sampai matang dan biasanya disajikan sebagai teman nasi, plus lauk-pauk. Megono di Mbak Inung ini enak banget, dikukus dengan tingkat yang pas dan ada wangi semriwingnya kecombrang.

Di sini juga ngetop dengan acar sayur kuningnya yang segar dengan isi potongan timun, wortel dan rajangan kol, dibalut bumbu kuning dan ada daun karinya lho bertebaran dalam acar kuning (pengaruh timteng dalam kuliner Pekalongan). Perpaduan megono dan acar ternyata nikmat banget, sedep. Saya pilih lauk otot sapi yang dimasak ala kalio, enak lah dipaduin sama acar dan megononya. Tempenya yang panas, garing dan gurih makin bikin makan malam saya nikmat.

Erna memilih makan Nasi Megono pake acar dan Rendangnya, yang menurut dia sih empuk dan spicy. Setelah itu kita share semangkok garang asem ala Pekalongan yang item pekat dari bumbu kluwek. Garang Asem berisi daging dan tetelan yang berenang dalam broth hitam aromatic, tampak selembar daun salam di mangkok saya, salah satu dedaunan yang bertanggung jawab akan wanginya garang asem ini. Kuahnya deep dan rich tapi nggak terlalu berlemak, sungguh kalau harus milih antara rawon dan garang asemnya Pekalongan, saya terpaksa milih yang versi Pekalongan, lebih mantep kuahnya.

Makanan-makanan lainnya terlihat begitu menggoda, Opor ayam dan ayam bakar pedasnya memakai ayam kampung yang jaminan mutu kegurihan, apalagi ayam bakarnya cuka cantikkk banget warnanya. Cumi tinta juga nggak sempat dicoba, disini cumi tintanya hadir berkuah disebutnya malah sotong rendang, agak beda dengan yang di Pak Bon atau Pak Masduki yang lebih mirip tumisan bumbu “oli” tanpa kuah.

Satu lagi yang saya perhatikan dari warung2 makan di Pekalongan, banyak tempat yang memajang banner sponsor dari produsen the seperti Teh Yoyo, Teh Bandulan dll, warna2nya yang bright membuat kita mudah mencari tempat2 makan ini, sebuah inisiatif yang bagus dr para produsen teh itu.
(sumber:http://ariep.multiply.com)



Category:
��

Comments

0 responses to "Nasi Megono"